(Oleh: Fitria Intani)
Komunitas Guyur Rambat SMK Negeri 1 Karangdadap mengadakan Sebatik (Seri Berbagi Praktik) dengan konsep yang berbeda dari sebelumnya. Penggunaan istilah “narasumber” menjadi “teman berbagi” sukses diterapkan pada kegiatan yang diadakan pada Senin, 28 April 2025 di Gedung Revolusi Industri.
Judul “Antara Aku, Kau dan HP” dipilih oleh Bu Alisa, Bu Ica, Bu Baiti, Bu Eka, Bu Ninuk dan Bu Umi karena melihat kenyataan bahwa saat guru mengajar, masih banyak terdapat murid yang bermain HP. Selain itu, HP merupakan tantangan bagi seorang guru karena murid lebih tertarik dengan konten-konten yang ada di dalamnya daripada pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Kegiatan Sebatik kali ini terasa berbeda dan lebih berwarna, Bu Alisa dkk berhasil membuat guru yang hadir terkesima dengan acara yang dikemas dengan begitu sempurna. Sesudah mengawali dengan membaca doa, tim ini menampilkan mini drama yang berkaitan dengan judul Sebatik, yaitu “Antara Aku, Kau dan HP,” dengan menggambarkan suasana pembelajaran di kelas. Bu Alisa berperan sebagai guru, Bu Eka berperan sebagai murid teladan, Bu Baiti, Bu Ica, Bu Ninuk dan Bu Umi murid yang sedang bermain HP. Ada yang sedang live di tiktok, ada yang sedang sibuk chat di Whatsapp, ada yang sedang bermain game dan ada yang sedang CO shopee.
Permasalahan guru dengan murid yang bermain HP sering dijumpai saat pembelajaran di kelas. Walaupun di awal pembelajaran sudah membuat kesepakatan kelas, tetapi tetap ada beberapa murid yang bermain HP saat pembelajaran.
Ketika HP disita, mereka berpendapat bahwa hal tersebut merupakan tindakan yang melanggar privasi dan perlindungan data diri. Padahal di sisi lain, guru memiliki tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan memastikan murid mematuhi kesepakatan yang berlaku. Ada beberapa faktor murid bermain HP di kelas, antara lain:
Kemudian, acara dilanjutkan dengan diskusi penyelesaian masalah tentang murid bermain HP saat pembelajaran di kelas. Teman berbagi memberikan kesempatan pada peserta untuk menyampaikan pendapat. Pak Dwi menyampaikan pengalamannya saat menemui murid sedang berjualan dengan cara live tiktok di kelasnya. Menurut beliau, fenomena yang terjadi bukanlah sepenuhnya kesalahan murid. Permasalahan tersebut justru bisa menjadi solusi untuk guru. Lebih lanjut lagi, beliau menekankan keteladanan guru. Apabila guru telah memberikan contoh yang baik ke murid, maka murid akan mematuhi kesepakatan kelas. Tetapi jika murid melanggar kesepakatan kelas yang telah dibuat, guru punya hak untuk menegurnya. Kemudian, Pak Dwi juga berpesan kepada pihak sekolah untuk membuat aturan yang baku tentang penggunaan HP secara tersurat. Menurut beliau, “dicuekin itu enggak enak.”
Selanjutnya, Bu Yeni menyampaikan caranya menangani kondisi yang serupa di kelas. Beliau mengumpulkan HP di awal pembelajaran agar saat kegiatan diskusi murid berkonsentrasi serta berkomunikasi dengan teman. Pengunaan HP diperbolehkan saat dibutuhkan.
Beberapa solusi juga telah disiapkan oleh teman berbagi, antara lain:
Bu Tuti selaku kepala SMKN 1 Karangdadap sepakat untuk membatasi penggunaan HP baik pada murid maupun guru, dan akan merumuskan peraturan yang berlaku bersama tim STP2K dan guru-guru lainnya untuk menerapkan solusi yang tepat terkait permasalahan maraknya murid yang bermain HP saat pembelajaran berlangsung.
Di akhir, teman berbagi mengajak peserta untuk melakukan refleksi kegiatan Sebatik dengan mengisi form refleksi di link padlet. Kegiatan Sebatik kali ini lebih berwarna, dengan rangkaian kegiatan yang beragam, menyenangkan, interaktif, tetapi tetap bermakna. Ternyata, guru bisa belajar dengan cara seseru ini.