ANBK dirancang untuk memberikan gambaran komprehensif mengenai kualitas pendidikan melalui evaluasi yang menyeluruh, tidak hanya fokus pada hasil belajar akhir, tetapi juga proses pembelajaran dan karakter siswa. Dengan menggunakan tiga instrumen utama, ANBK memotret input, proses, dan output pendidikan di setiap satuan pendidikan, termasuk SMK Negeri 1 Karangdadap.
Instrumen tersebut meliputi:
Pelaksanaan ANBK di SMK Negeri 1 Karangdadap pada 6-7 Agustus 2025 melibatkan 45 siswa yang dipilih melalui sistem sampling untuk mewakili populasi siswa secara adil. Kegiatan ini dilakukan secara daring menggunakan komputer, sesuai dengan standar nasional yang diterapkan oleh Kemdikbudristek. Pemilihan peserta secara sampling bertujuan untuk mendapatkan data yang representatif dan bisa dijadikan dasar evaluasi kebijakan pendidikan di tingkat sekolah.
Kegiatan ini menjadi momen penting bagi SMK Negeri 1 Karangdadap dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan sistem pembelajaran yang diterapkan. Hasil dari ANBK akan memberikan umpan balik yang bermanfaat bagi guru, kepala sekolah, dan pemangku kebijakan dalam merancang perbaikan pembelajaran dan pengembangan karakter siswa.
Hasil ANBK tidak hanya digunakan sebagai bahan evaluasi internal sekolah, tetapi juga menjadi indikator nasional untuk mengevaluasi mutu pendidikan di Indonesia. Dengan data yang diperoleh, sekolah dapat melakukan perbaikan berbasis bukti untuk meningkatkan kompetensi siswa secara menyeluruh. Misalnya, jika hasil AKM menunjukkan rendahnya kemampuan numerasi, maka sekolah dapat menyesuaikan metode pengajaran matematika agar lebih efektif.
Selain itu, survei karakter dan lingkungan belajar memberikan gambaran tentang bagaimana aspek non-akademik dan kondisi fisik serta sosial di sekolah memengaruhi pembelajaran. Dengan demikian, sekolah dapat mengembangkan program pembinaan karakter dan memperbaiki lingkungan belajar agar lebih mendukung perkembangan siswa.
Dari sudut pandang positif, ANBK memberikan pendekatan evaluasi pendidikan yang lebih komprehensif dibandingkan ujian nasional tradisional yang hanya mengukur aspek kognitif. Pendekatan ini mendorong sekolah untuk memperhatikan aspek karakter dan lingkungan yang selama ini kurang mendapat perhatian. Namun, ada pula tantangan yang harus dihadapi, seperti kesiapan infrastruktur teknologi di sekolah, pelatihan guru, serta penerimaan siswa dan orang tua terhadap metode evaluasi baru ini.
Beberapa pihak juga mengkhawatirkan bahwa ANBK bisa menimbulkan tekanan pada siswa yang dipilih sebagai sampel, sehingga perlu pendekatan yang humanis dan dukungan psikologis selama pelaksanaan. Selain itu, data hasil ANBK harus dikelola secara transparan dan digunakan untuk perbaikan, bukan sekadar sebagai alat pengukuran semata.