MINI STORY VENO
1 bulan berlalu...
Bukankah orang asing yang bisa memasuki kehidupan seseorang secepat itu berarti spesial? Berawal menjadi panitia dalam acara sekolah, hubungan Veno dan Clara menjadi semakin dekat.
Keduanya sama-sama nyaman di zona mereka saat ini. Kalau udah nyaman satu sama lain, kenapa harus memikirkan status?
-
Veno tidak bodoh, terlalu jelas bahwa Clara sedang menjauhinya. Contohnya, saat mereka akan berpapasan, Clara malah memutar arah. Bahkan chat dan telfon darinya tak pernah di respon lagi.
"Haha itu lucu sekali...." Suara Clara yang tak jauh dari keberadaannya. Veno langsung mengangkat kepalanya, Clara baru saja melewati kelasnya.
Veno bergegas menyusul, kemudian menggenggam tangan Clara dan mengajaknya masuk ke kelasnya.
"Apasih, No?" Clara protes.
"Mengapa tiba-tiba menjauhi ku?" Tanya Veno dengan nada lirih, berusaha merendam emosinya. Dia merasa marah sekaligus cemburu saat melihat Clara menggandeng tangan laki-laki lain.
"Aku menjauhi mu? Memangnya kenapa?" Clara balik bertanya. "Bukankah selama ini tidak ada status di antara kita?" Lanjut Clara dengan culas.
Veno terdiam beberapa saat untuk merutuki dirinya sendiri. Dia pikir selama ini dirinya dan juga Clara sudah berada di zona aman. Ternyata salah, dia lupa orang luar bisa masuk ke dalam lingkup kehidupan mereka kapan saja.
"Tunggu." Veno menahan Clara. "Jika kau merasa aku mengganggu waktu mu dengan pacar mu itu. Okelah, sebisa mungkin aku akan menjauh, sehingga kau tidak akan terganggu dengan kehadiran ku."
Clara mengangkat bahunya acuh. "Terserah kamu."
-
Clara salah, Veno benar-benar serius dengan ucapannya. Dia tidak pernah muncul di hadapannya lagi, bahkan saat istirahat dia tidak terlihat di kantin.
"Clara!" Seru Dania, sahabat Clara.
"Iya?" Tanya Clara setelah tersadar dari lamunannya.
"Kamu kenapa? Ngalamun terus akhir-akhir ini." Ujar Dania.
Clara menghela nafasnya sebentar, "Bingung."
"Veno?" Tebakan Dania tepat sasaran yang langsung di angguki Clara.
"Aku tidak rela dia menjauhiku." Terhitung sudah seminggu Veno menjauhinya.
-
Hampir satu jam Clara berdiri, hanya untuk menunggu Veno yang sedang membersihkan kelasnya, piket.
Sudah di putuskan. Clara akan menjalani harinya seperti biasa saja dengan Veno. Seperti beberapa minggu yang lalu saat mereka masih tertawa bersama.
"Veno." Panggil Clara.
Veno yang sudah tahu sejak awal Clara menunggunya memilih untuk menulikan telinganya dan terus berjalan.
Tak tinggal diam, dengan sigap Clara bergegas menyusul langkahnya.
"Veno maafin aku."
Bukannya berhenti, Veno malah semakin mempercepat langkahnya.
"Venooo...."
Veno meng3hentikan langkahnya. Meskipun kecewa dia tidak akan pernah bisa mengabaikan Clara.
"Akhirnya berhenti juga." Clara segera mengatur nafasnya.
Berakhir dengan sebuah pelukan singkat. Tak berlangsung lama karena Clara segera menarik tubuhnya kembali.
"Apa yang kau lakukan?" Veno benar-benar seperti di permainkan. Di saat dia bersusah payah melupakan perasaannya, dengan mudah Clara membawa kembali perasaan tersebut.
"Akhirnya kau tidak mengabaikan ku lagi."
Veno semakin marah melihat Clara yang tersenyum dengan mudahnya setelah berhasil menjungkir balikkan perasaannya.
"Apalagi mau mu?" Ketus Veno.
"A–aku minta maaf." Gumam Clara sambil menundukkan kepalanya, tak berani menatap Veno untuk saat ini.
"Untuk apa?" Nada bicara Veno mulai melunak.
"Untuk segala kesalahanku yang menyakiti diri mu."
"Terus kalo udah di maafin mau apa?"
Clara cengo, dari sekian banyak kemungkinan yang sudah dia persiapkan jawabannya. Veno malah memberikan sebuah pertanyaan yang jawabannya belum dia siapkan.
"A–aku ingin kau berhenti menjauhi ku." Clara asal mengucapkan tanpa tahu malu.
"Maksud mu?" Veno tertawa sebentar. "Apakah setelah ini kau akan menyuruhku menjauh lagi, lalu mendatangi ku seolah tidak ada yang pernah terjadi?"
Tidak ingin memperpanjang masalah, Veno langsung menggelengkan kepalanya. "Maaf, Ra. Tapi aku tidak ingin menyakiti mu, juga diri ku sendiri."
"Apakah kita sudah tidak bisa kembali seperti dulu lagi?" Nada suara Clara terdengar putus asa.
"Tidak. Jangan seperti ini, Ra. Kamu menyukai Rian, dia pacar mu. Tolong jangan menyakitinya dengan sikap mu yang seperti ini." Cukup Veno yang sakit hati di sini.
-
Seandainya kehidupan berjalan sederhana, dimana pemeran akan mendapat ending yang bahagia gak peduli apapun konflik yang muncul.
Veno terkekeh pelan mendengar keluh kesah batinnya.
"Kau tahu aku menyayangimu." Seperti baru kemarin Clara mengatakan hal itu. Dan kita masih bercanda tawa bersama.
Pada akhirnya semua ini hanyalah drama perjalanan konyol penuh kemunafikan untuk saling melupakan.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
MATAHARI BERSINAR
Matahari bersinar terik di karangdadap. Sinarnya terhalang rimbunnya pepohonan, sehingga hanya menyisakan berkas tipis. Burung-burung berkicau seolah sedang menyanyikan lagu untuk alam.